Mainan anak
Ini sudah menjadi budaya terlebih di Indonesia atau juga mungkin di negara lainnya untuk membedakan mainan sesuai gender anak. Mainan yang umumnya diberikan kepada anak laki-laki adalah mobil-mobilan atau robot-robotan. Sedangkan mainan yang biasa diberikan kepada anak perempuan adalah boneka, alat masak-masakan dan lain sebagainya.
Baca Juga : Inilah Manfaat Mainan Anak Untuk Perkembangan Otak Si Kecil
Boleh tidak sih membedakan mainan anak berdasarkan gendernya?
Psikolog Perkembangan Anak dan Play Therapist, Mayke S Tedjasaputra, psikolog Rika Ermasari, S.Psi, Ct, CHt dari Brawijaya Women and Children Hospital berpendapat bahwa mainan anak seharusnya tidak perlu dibedakan berdasarkan gender anak. contohnya Boneka tidak hanya mainan yang dimainkan oleh anak perempuan, tapi juga bisa dimainkan oleh anak laki-laki. Perlu diketahui bermain boneka bisa memberi manfaat untuk anak laki-laki, terlebih saat anak laki-laki yang menginjak usia empat tahun. Hal tersebut disebabkan pada usia tersebut, anak-anak mulai senang mengeksplorasi peran dan menggunakan imajinasinya dalam bermain. Oleh karena itu, bermain boneka ternyata juga bisa membantu anak untuk memenuhi kebutuhannya bermain peran tersebut.
Anda tidak perlu khawatir apabila anak laki-lakinya sedang bermain boneka, karena ada saatnya anak laki-laki mulai merasa bosan dan kurang senang lagi bermain boneka. Akan tetapi, peran orangtua memang sudah seharusnya dibutuhkan dalam menyediakan permainan yang sesuai dengan usia anak dan juga tahapan tumbuh kembang si kecil.
Dampak Membedakan Mainan Terhadap Tumbuh Kembang Anak
Membedakan mainan berdasarkan gender dikhawatirkan akan memberikan efek untuk membatasi jangkauan kemampuan atau keterampilan anak untuk berkreasi dan menggali kemampuan imajinasi yang bisa dikembangkan oleh anak laki-laki dan perempuan melalui permainan yang mereka mainkan. Akibatnya, anak jadi kurang bisa mengembangkan minat diri dan bakatnya dengan maksimal. Selain itu, stereotip yang terjadi melalui pengelompokkan mainan untuk anak laki-laki dan perempuan juga bisa berdampak pada anak sampai ia beranjak dewasa nanti. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak sudah memiliki gambaran yang jelas mengenai pekerjaan yang khusus untuk anak laki-laki (pilot, astronot, pembalap, atlet sepakbola, dan lain-lain) dan khusus untuk perempuan (dokter, koki, guru). Hal ini secara tidak langsung akan membuat anak jadi berpikiran stereotip juga nantinya.