Pernahkah terpikirkan soal pentingnya memilih mainan berbunyi lembut untuk anak, terutama yang masih bayi? Jika sebagai orang dewasa saja Anda masih suka mencari momen-momen yang tenang, apalagi bayi yang baru sebentar menjalani hidup di dunia ini.
Selama masih di dalam kandungan, bayi hanya terpapar pada suara yang lembut dan samar-samar. Maka dari itu, lingkungan yang bising dan bersuara keras malah bisa membuat kelebihan sensorik (sensory overload).
Bahaya Mainan Bersuara Keras pada Bayi
Memang benar bahwa anak kecil senang membuat suara. Hal tersebut terlihat ketika bayi merespons secara antusias ketika mendengar suara atau musik. Hanya saja, suara bising yang terdengar terus-menerus justru bisa menyebabkan stres luar biasa pada si kecil, seperti suara yang ditimbulkan mainan elektronik.
Berdasarkan peringatan para pakar, mainan yang menghasilkan suara yang mendadak dan lantang bahkan bisa menyebabkan kerusakan pada telinga dalam bayi dan balita. Contohnya suara barang terbanting keras atau terhantam.
Bahkan, anak bisa kehilangan pendengaran ketika terpapar suara yang mencapai 100 desibel. Oleh karena itu, berhati-hatilah dengan mainan yang menyebabkan suara keras. Misalnya trompet dan peluit.
Cara Mengetahui Apakah Mainan Berbunyi Lembut
Kalau begitu, bagaimana caranya Anda bisa mengetahui apakah mainan untuk bayi benar memiliki suara yang lembut atau tidak? Cara termudah cukup dengan mendekatkan mainan ke telinga Anda. Apabila suara yang terdengar masih terlalu keras untuk Anda, bisa dipastikan mainan tersebut bukanlah mainan berbunyi lembut yang cocok untuk buah hati Anda.
Alternatif lain yang bisa Anda lakukan adalah dengan menggunakan alat pengukur desibel atau menggunakan aplikasi serupa di HP Anda. Hanya saja, perlu Anda perhatikan bahwa cara penggunaan alat tersebut perlu disesuaikan dengan cara penggunaan mainan. Selain itu, hasil pengukurannya pun bisa jadi kurang akurat.
Ciptakan Lingkungan yang Tenang agar Anak Terbiasa
Perlu Anda perhatikan sejak awal bahwa pendengaran balita dan bayi cenderung tajam. Konon, kondisi tersebut diperlukan dalam pembentukan kemampuan berbicara anak. Hanya saja, anak-anak pada dasarnya jago dalam menghalau suara keras dan bahkan bisa tertidur meskipun sekelilingnya bising. Pasalnya, anak kecil tidak memiliki mekanisme pertahanan alami yang memperingatkan mereka akan adanya bahaya.
Anak kecil yang terbiasa tumbuh dalam lingkungan yang bising lambat laun akan terbiasa dengan kebisingan. Hal ini bisa berdampak negatif karena anak jadi tidak tahan saat berada di lingkungan yang senyap.
Maka dari itu, sebagai orang tua Anda perlu mengajarkan anak bagaimana caranya berhadapan dengan suara bising. Ciptakan lingkungan yang tenang di sekeliling anak agar ia terbiasa sejak dini. Kemudian penggunaan mainan berbunyi lembut pun dapat memberikan stimulasi suara tanpa harus menimbulkan risiko kebisingan.